PURWAKARTA TALK – Nama Ainun Najib baru-baru ini sempat menjadi perbincangan publik. Bahkan Presiden Joko Widodo meminta kepada Ainun Najib untuk pulang ke Indonesia.
Siapakah Ainun Najib? Ainun Najib adalah pria kelahiran Balongpanggang, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, pada Tahun 1985.
Namanya kini menjadi viral karena dia dikenal sebagai ahli teknologi informasi dan kini bekerja di salah satu perusahaan besar di Singapura.
H Abdul Rozaq ayah Ainun Najib mengungkapkan kebangaan terhadap anaknya. Hal itu karena sebuah prestasi yang diraih oleh Ainun Najib.
Tirakat yang dijalankan adalah puasa Daud atau puasa yang dijalankan Nabi Daud, yakni satu hari puasa dan satu hari tidak, kemudian rutin menjalankan Shalat Tahajud.
Atas keberhasilanya meraih apa yang dia impikan membuat Presiden Jokowi ingin membawa ahli teknologi informasi itu pulang ke Indonesia.
Baca Juga: Kampung Maranggi Plered Rekomendasi Kulineran Sate Maranggi Khas Purwakarta
"Kami selaku orang tua bangga, dan mendukung upaya pemerintah untuk mengajak anak saya "pulang kampung" dan mengabdi kepada bangsanya," ujar Abdul Rozaq.
Sang ayah menceritakan, sosok anaknya merupakan anak yang rajin membaca buku serta terbiasa tirakat atau upaya spiritual mengendalikan diri untuk mencapai sesuatu.
Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pengukuhan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Jokowi meminta PBNU dan para kiai untuk membawa pulang Ainun agar bisa berkontribusi dalam upaya transformasi digital di dalam negeri, utamanya di dalam kepengurusan NU.
Sementara, Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mendukung penuh langkah Presiden Jokowi yang meminta ilmuwan asal Indonesia di luar negeri untuk pulang ke Tanah Air dan mengabdi kepada bangsa.
Baca Juga: Laporan Dugaan Penistaan Suku Sunda yang Dilakukan Arteria Dahlan Tidak Ditemukan Unsur Pidana
"Tentu kami perlu dukung langkah presiden untuk meminta para ilmuwan kembali pulang ke Indonesia dan berbuat memajukan bangsa," ujar LaNyalla di sela kunjungan kerjanya ke Jawa Timur.
"Sebab ketika mereka pulang ke tanah kelahiran tidak mendapatkan tempat yang diharapkan, serta kemampuan dan kapasitasnya tidak dioptimalkan untuk kemajuan bangsa," pungkasnya. ***