Network
PR PURWAKARTA - Lagi-lagi pengungsi Rohingya kembali mendarat di Aceh tepatnya di wilayah pesisir Blang Raya Kabupaten Pidie dan pantai Blang Ulam Kabupaten Aceh Besar, pada Minggu 10 Desember 20223.
Pengungsi ilegal Rohingya yang datang ke Aceh dikabarkan sebanyak 315 orang.
Panglima Laot Aceh Miftach Tjut Adek mengungkapkan, ada dua kapal Rohingya yang bersandar di Aceh.
"Iya ada dua kapal Rohingya, satu di daerah Blang Raya, satu lagi di kawasan pantai Blang Ulam Aceh Besar," katanya, mengutip dari lama Antara.
Baca Juga: Kadis Disipusda Purwakarta Ingatkan Dinas Tak Boleh Musnahkan Arsip Sembarangan
Dia menyampaikan para imigran Rohingya di Pidie mendarat Minggu sekitar 03.30 WIB dan di Aceh Besar sekitar pukul 5.30 WIB.
Kedatangan pengungsi Rohingya di Pidie tersebut sempat mendapat penolakan dari warga setempat, tetapi kemudian mereka terus kembali hingga akhirnya berhasil mendarat.
Sementara, Kapolsek Muara Tiga Kabupaten Pidie Ipda Efendi mencatat jumlah keseluruhan para etnis Rohingya yang mendarat di sana sekitar 180 orang.
Baca Juga: Pemkab Purwakarta Musnahkan Arsip Dinas yang Berusia 30 Tahun
“Jumlah perempuan lebih dominan yaitu sebanyak 74 orang, sementara laki-laki 53 orang, anak laki-laki 26 orang dan 27 orang anak perempuan," katanya.
Sedangkan di Aceh Besar, kata dia, menyampaikan bahwa imigran Rohingya yang mendarat di sana sekitar 135 orang, dan belum dapat rincian dari jumlah pengungsi tersebut.
Posisi pengungsi tersebut, kata Rolly, dengan kapal yang ditumpangi jaraknya cukup jauh sekitar satu kilometer, dan mereka turun berjalan kaki hingga ke tempat yang disinggahi saat ini.
Baca Juga: Perusahaan-perusahaan Ini Disinyalir jadi Pendukung Agresi Militer Israel ke Palestina
"Anggota baru menemukan kapal, dan lokasinya jauh sekitar satu kilometer. Mereka berjalan kaki," katanya.
Sebagai informasi bahwa kedatangan pengungsi Rohingya pada hari ini merupakan gelombang ke-9 ke Aceh sejak November 2023. Titik yang didatangi imigran tersebut yakni di Kabupaten Pidie terjadi empat gelombang, Bireuen dan Aceh Timur masing-masing satu gelombang, Kota Sabang dua gelombang dan terakhir di Aceh Besar satu gelombang. ***
