Komika Mamat Alkatiri Komentari Perseturuan Pesulap Merah vs Gus Samsudin

- 15 Agustus 2022, 14:48 WIB
Marcel Radhival atau Pesulap Merah dan Gus Samsudin.
Marcel Radhival atau Pesulap Merah dan Gus Samsudin. /Kolase foto YouTube/Marcel Radhival dan Padepokan Nur Dzat Sejati/

 

PURWAKARTA TALK – Perseturuan Pesulap Merah dan Gus Samsudin masih ramai diperbincangkan di media sosial. Bahkan kasus ini sudah menjurus ke aksi saling lapor polisi.

Seperti kita ketahui, Pesulap Merah dikenal sebagai orang yang suka membongkar kebohongan praktek dukun. Ia ingin mengedukasi masyarakat Indonesia dengan caranya seperti itu.

Di sisi lain, Gus Samsudin adalah seorang yang bisa mengobati orang lain dengan caranya yang dianggap oleh Pesulap Merah seperti dukun.

Disitulah terjadi konflik antara Pesulap Merah dan Gus Samsudin. Hingga Pesulap Merah datang langsung ke padepokan milik Gus Samsudin di Blitar, dan mendapat penolakan oleh warga sekitar.

 Baca Juga: Hotman Paris Turun Gunung Siap membela Pegawai Alfamart, Netizen: Kawal Terus Bang!

Kini, aksi Pesulap Merah dilaporkan oleh Gus Samsudin dengan laporan pencemaran nama baik.

Dalam perseteruan antara Pesulap Merah dan Gus Samsudin tersebut, seorang komika asal Papua, Mamat Alkatiri, angkat bicara. Walaupun pernyataannya berbau komedi, tapi ada isi dari pendapatnya itu.

Dilansir dari podcast Ruang 28 yang terdapat di salah satu platform konten audio @NOICE Mamat Alkatiri penasaran apakah di luar negeri banyak pengobatan alternatif seperti di Indonesia yang menjamur di tiap daerah.

 Baca Juga: Kronologi Awal Pegawai Alfamart dan Ibu-ibu Bermobil Mercy, Drama Baru Setelah Kasus Sambo

Menurut Mamat Alkatiri, pengobatan alternatif seperti Gus Samsudin di Indonesia merupakan peluang bisnis yang menjanjikan.

“Ada demand (permintaan) dari orang-orang yang membutuhkan pengobatan, sehingga masuklah supply (penyedia barang atau jasa),” ujar Mamat.

Demand dan supply adalah hukum ekonomi di pasar. Ketika permintaan akan pengobatan alternatif masih ada di Indonesia, maka penyedia barang atau jasa akan menyediakannya.

Lalu, saat permintaan itu banyak, tapi penyedia jasa atau barang hanya sedikit, maka yang terjadi adalah naiknya harga barang atau jasa tersebut.

Pengobatan alternatif di Indonesia sudah ada dari dulu, yang berbeda dengan sekarang adalah tarif yang harus dibayar saat selesai berobat.

Baca Juga: Kisah Burung Garuda yang Selalu Terekploitasi Menjelang Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus

Dulu, tarif pengobatan alternatif dibayar seikhlasnya. Namun, sekarang seperti kasus Gus Samsudin, ada minimum tarif yang harus dibayar pasien.

Itu terjadi karena supply yang tidak berimbang dengan demand.

Pernyataan Mamat Alkatiri tersebut merupakan satir untuk para penipu yang berkedok pengobatan alternatif.

Mamat Alkatiri juga berharap agar masyarakat Indonesia lebih pintar memilih pengobatan alternatif. ***

Editor: Abdul Muit


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x