Network
PURWAKARTA TALK - Sebagai seorang muslim maka wajib hukumnya menjalankan shaum di bulan Ramadhan.
Bulan Ramadhan ini semua muslim wajib menahan dirinya dari makan, minum, dan menahan hawa nafsu sejak terbit fajar sampai terbenam nya matahari.
dr. Zaidul Akbar menyebutkan bahwa hubungan antara makan dan shaum di dalamnya terdapat kasih sayang Allah SWT.
"Saya lebih suka menyebut hubungan antara firman Allah yang mulia (QS. Al-Baqoroh 184) dengan feeding state (waktu makan) dan fasting state (waktu puasa) adalah bentuk kasih sayang Allah yang luar biasa di bulan Ramadhan," papar dr. Zaidul Akbar pada unggahan Instagramnya @zaidulakbar, Minggu 3 April 2022.
Baca Juga: dr Zaidul Akbar: Banyak Membaca Al-Qur'an Bisa Menormalkan Tekanan Darah Tinggi dan Darah Rendah
Dia melanjutkan bahwa di akhir ayat Surat Al-Baqoroh 184 disebutkan bahwa kita lebih baik puasa jika kita mengetahuinya.
"Betapa tidak? Di akhir ayat tersebut Allah berfirman "berpuasa itu lebih baik bagimu jika engkau mengetahui" Dengan kata lain, Allah lebih suka kita tidak makan (fasting state) selama bulan Ramadhan," katanya.
Baca Juga: Kultum Tarawih: Amalan Ini Lebih Utama Dibandingkan Shalat, Shaum dan Sedekah
Dia melanjutkan bahwa yang menarik dari bulan Ramadhan adalah bagaimana waktu makan (feeding state) kita tidak banyak, dan lebih banyak untuk istirahat dan puasa.
"Dan menariknya waktu makan (feeding state) kita selama bulan Ramadhan tidak banyak, sahur katakanlah 15 menit, makan ketika berbuka puasa 10 menit, setelah maghrib 10 menit, makan lagi katakan habis shalat tarawih 15 menit, total waktu makan kita hanya 65 menit, setelah itu malam nya kemudian kita beristirahat. Artinya kita siang hari berpuasa (fasting state) autofagi mode menyala, malam dengan tidurnya kita, seluruh sistem diistirahatkan dan diregenerasi, dan direset ulang seluruh sistem agar sel terperbaharui kembali," lanjut dr. Zaidul Akbar.
